Tuesday, June 10, 2014

Ketika Jantungku Berhenti



KETIKA JANTUNG KU BERHENTI, MAKA ORANG AKAN BERTANYA “DIMANA MAYATNYA ...”
Saat sekarat, sesungguhnya saya tak perlu mencemaskannya. Juga, saya tak perlu memperdulikan jasadku yang akan hancur.
Karena, insha Allah kaum muslimin akan melaksanakan kewajiban mereka dengan melucuti pakaianku, memandikanku, mengafaniku, menggalikan lubang lahatku, mengeluarkanku dari rumahku, memanggulku di atas pundak-pundak mereka, mengantarkanku ke tempat tinggalku yang baru (kuburan). Orang-orang akan berdatangan merawat dan mengurus jenazahku, dan mungkin ada yang meninggalkan pekerjaannya demi untuk penguburanku.
Hartaku akan pindah tangan secara halal kepada ahli warisku. Barang-barang ku (kunci-kunci kendaraan dan rumah, pakaian-pakaian, buku-buku, telepon dll) akan segera diurus dan berpindah tangan. Dan, apabila keluargaku baik, mereka menyedekahkannya agar bermanfaat untukku.
Yang pertama lepas dariku adalah namaku. Saat aku meninggal dunia, orang-orang bertanya “dimana mayatnya?”. Ketika mereka akan menshalati, mereka mengatakan “bawa jenazahnya ke sini !”. Lalu, ketika mereka akan menguburkanku, mereka akan berkata “dekatkan mayitnya!” Tanpa menyebutkan nama ku lagi. Sungguh, betapa cepat namaku hilang berlalu.
Sepatutnya aku sedar bahawa dunia tidak akan bersedih karena kematian ku, alam semesta tidak akan berduka atas kepergian ku, segala sesuatu akan berjalan seperti biasa dan tidak berubah dengan perpisahan ku,  kehidupan harian akan terus berputar, dan pekerjaanku, akan digantikan oleh orang lain.
Dan kesedihan orang atas kepergianku; orang yang mengenalku sepintas akan mengatakan “kasihan …”. Teman dan sahabatku akan bersedih beberapa saat atau beberapa hari, kemudian mereka kembali pada rutinitas dan canda tawa mereka. Kesedihan mendalam di rumah, dan keluargaku akan bersedih seminggu, satu-dua bulan atau hingga satu tahun, yang kemudian mereka akan meletakkanku dalam album kenangan mereka.
Demikianlah ... kisahku di antara manusia telah terakhir. Kini, aku hanya tinggal kenangan. Telah lepas dariku rupa, harta, kesehatan, anak, istri, rumah, dan segalanya. Dan kisahku yang sebenarnya baru akan dimulai, bersama sesuatu yang nyata, yaitu “alam akhirat”. Di mana “aku akan dihisab” atas segala sesuatu hingga perkara yang sederhana dan kecil yang pernah aku lakukan.
Pertanyaannya sekarang adalah: “apa yang telah aku siapkan untuk kubur dan akhiratku?”. Ini adalah kenyataan yang perlu aku renungkan. Memeriksa ibadahku, yang wajib dan yang sunnah. Memeriksa amal sholeh dan sedekahku. Memeriksa perilaku dan tingkah laku ku.
“Alangkah sepelenya dunia ini, dan betapa besar apa yang akan aku hadapi”. Karenanya ... saya tidak boleh tertipu oleh kehormatan dan kelebihanku. Saya tidak boleh terperdaya oleh kedudukan dan nasab keturunanku.
SEMOGA ALLOH MENYELEMATKANKU …



Epilog:
Aku pernah membaca, yang artinya “Ya Tuhan, jika Engkau tunda ajalku sebentar saja, niscaya aku akan bersedekah”. Para ulama menjelaskan “mayit hanya mengatakan sedekah, karena dampak sedekah yang sangat besar setelah kematian”.
Sama-sama kita banyakkan bersedekah, lagi di bulan Ramadhan nanti. Memberikan zahur dan makan minum untuk berbuka, terutama bagi saudara-saudara seiman kita yang sedang berpuasa, dan dalam perjalanan.
Azan Magrib sebentar lagi. Suasana Ramadhan mula menjelma ... Semoga aku diperkenankan Alloh menyambut Ramadhan tahun ini, sama seperti Ramadhan tahun-tahun yang telah lewat.

No comments: