Tuesday, December 31, 2013

Mama





Jangan Benci Aku MAMA
(Kisah Nyata dari Irlandia)


Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya.

Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!” Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu.

Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elic, Tante.”
“Eric? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?”
Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric…

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping.
“Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” tTpi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. ..
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangissaya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric… Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah.

Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. .. Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir
dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…?
Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…” Saya menjerit histeris membaca surat itu.
“Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .
Nyonya,dosa anda tidak terampuni!”







.

Sayur Asem







Cara Membuat Sayur Asem Nan Nikmat



Bahan-bahan dan cara membuat sayur asem

Bahan Sayur Asem:
1.250 ml air
50 gram buah melinjo yang tua, cuci bersih
100 gram nangka muda
2 buah jagung manis, potong melintang

Bahan Sayur Asem Yang Di Haluskan:
7 butir bawang merah
5 buir kemiri, sangrai
3 buah cabai merah
1 sdt terasi goreng
2 sdt garam
2 sdt gula pasir
3 buah ibujari asam jawa (muda)
2 Lembar daun salam
3 cm lengkuas, memarkan
100 gram labu siam, potong-potong
7 utas kacang panjang, potong-potong
1 tongkol jagung manis, potong-potong
1 ikat kecil daun melinjo


Cara membuat Sayur Asem:
Didihkan air bersama buah melinjo, nangka, bumbu yang dihaluskan, daun salam, lengkuas, dan asam muda sampai harum dan nangka mulai matang. Angkat asam mudanya, kemudian pecahkan. Masukkan kembali ke dalam panci sayur.

Masukkan labu siam, kacang panjang, jagung manis, dan daun melinjo. Masak sampai mendidih dan sayuran pun matang. 






.

Friday, December 27, 2013

Perpisahan




Cara Menghadapi Sebuah Perpisahan


Bangun kehidupan yang lebih baik untuk kedepannya.
Perpisahan adalah suatu hal yang sangat tidak menyenangkan, tanpa terkecuali apapun itu. Baik itu perpisahan dengan teman, orangtua, keluarga, dan juga pacar. Perpisahan selalu akrab dengan sesuatu yang berbau negatif dan dipenuhi dengan kesedihan, bahkan air mata. Tidak terkecuali untuk pria, walaupun tidak banyak pria yang berani menunjukkan air matanya. 

Apa hal tersebut menganggu untuk kelangsungan hidup Anda? Untuk saat itu, saya harus bilang "Ya". Karena kalimat tersebut pastinya akan berpengaruh dan memiliki imbas untuk waktu yang cukup lama dan membuat Anda kehilangan semangat dan konsentrasi. Anda boleh saja malu untuk mengakui hal itu, tetapi itulah kenyataan yang terjadi dan tidak dapat dipungkiri. 


Perpisahan, salah satu hal sulit yang harus terjadi dalam kehidupan. 
Untuk selanjutnya, semua tergantung pilihan Anda. Mungkin Anda adalah tipe pria yang akan memutar lagu "Cinta Kan Membawamu Kembali" dari Dewa 19 berpuluh-puluh kali sambil berharap dirinya akan kembali untuk Anda. Atau mungkin Anda adalah tipe pria yang tetap berusaha tegar dalam menghadapi perpisahan ini. Berpikir secara logis dan dewasa. 

Cobalah cari penyebab dia meninggalkan Anda. Mungkin Anda kurang dewasa? Atau kurang memberi waktu dan perhatian kepada si dia? Atau mungkin dia sudah punya yang lain? Well, carilah fakta yang sebenar-benarnya, tanpa membuat asumsi buruk apapun sebelum Anda mendapatkan bukti yang akurat. 

Jika Anda sudah mendapatkan penyebabnya, cobalah untuk mengintrospeksi diri Anda, agar Anda tahu dan sadar akan kesalahan Anda. Menyesal itu boleh, tetapi jangan pernah melihat kebelakang, dan jangan pernah berharap sesuatu yang pernah hilang atau pergi akan datang kembali. Kemungkinan selalu ada, tetapi lebih baik jika Anda terus melangkah kedepan dan kembali mencoba kesempatan-kesempatan baru yang ada didepan Anda. 


Jangan terlarut-larut dalam kesedihan Anda. 
So, what will you do? Apakah Anda akan terus terlarut dalam kesedihan Anda? Jika Anda terus-terusan larut, sepertinya Anda akan membuang sebagian waktu dari hidup ini yang sebenarnya bisa Anda manfaatkan sebaik mungkin. Atau mungkin Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan? Well, cobalah untuk lebih terbuka kepada teman-teman dekat Anda atau kepada keluarga Anda untuk sedikit mengeluarkan unek-unek Anda. 

Menjadi pria yang lebih terbuka sepertinya bukan ide yang buruk. Karena ketika Anda berbagi cerita, itu akan sedikit mengurangi beban dalam pikiran Anda, dan biasanya akan berimbas positif untuk hari-hari Anda selanjutnya. Anda juga bisa lebih menyibukkan diri dengan pekerjaan Anda atau mungkin dengan segudang hobi Anda yang bisa kembali Anda tekuni. Mungkin olahraga, musik, atau bisa juga traveling. 


Hindari alkohol dan berusahalah membuat hidup yang lebih baik. 
Jangan membuang waktu Anda untuk terus-terusan bersedih, apalagi dengan ditemani minuman keras atau obat-obatan terlarang yang pastinya akan membuat kondisi Anda akan semakin buruk. Mulailah untuk kembali membangun kehidupan Anda dengan mimpi-mimpi atau impian-impian yang ingin untuk Anda raih. Bermimpi tidak pernah salah, selama Anda tetap berusaha untuk mewujudkannya. 

Berusahalah menciptakan sebuah kehidupan yang lebih baik dari kehidupan Anda sebelumnya. Jadilah seorang arsitek yang baik untuk membangun pondasi kehidupan baru Anda untuk masa depan yang lebih baik. 















.